TPA Piyungan, Kotor tapi Tetap Menarik
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Piyungan berada di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, bisa ditempuh lewat kids fun ke selatan. Kalau masih bingung tempatnya, ngikuti truk sampah aja, pasti sampai. TPA ini berada di suatu gunung, bukit lebih tepatnya. Sampahnya ditimbun di suatu lembah yang sekarang hampir penuh rata dengan sampah.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa ane berkeliaran sampai ke situ.
Jawabannya adalah tempat tersebut terkenal karena TPA di Jogja hanya
disitu. Kita sering tidak berfikir kemana sampah yang kita dibuang dan
tidak peduli malahan, untuk apa coba. Disitu kita dapat wisata
lingkungan. alam dan sosial. Berbicara soal lingkungan, ternyata
menawarkan keindahan tersendiri, disamping kotornnya sampah. Hal ini
karena letaknya di bukit, jadi bisa melihat pemandangan yang berbeda.
Banyak saudara-saudara kita yang mengais rejeki disana sebagai pengumpul barang bekas (pemulung). Kata pemulung kelihanya bernuansa negatif, jadi saya menggunakan pengumpul barang bekas (PBS), istilah baru ini. Tunggu dulu, ternyata tidak hanya PBS saja yang mencari rejeki, siapa mereka. Sapi, banyak sapi penduduk sekitar yang sengaja dilepaskan begitu saja di TPA ini. Sapi ini memakan sampah organik, mungkin hal ini untuk menekan biaya makanan sapi. Timbul pertanyaan, apakah tidak berbahaya memakan sampah. Menurut hemat dan observasi yang saya lakukan, perawakan sapi-sapi disitu terlihat kurang berisi. Sapi-sapi disana banyak dan berkumpul untuk mencari makan. Terus bagaimana membedakan kepemilikan sapi-sapi tersebut, apakah ada yang menggembala. Kalau tidak salah (bisa jadi hoax), sapi-sapi tersebut tidak digembalakan, sama pemiliknya dilepas begitusaja. Saat waktu pulang, mereka akan pulang sendiri-sendiri ke kandangnya masing-masing.
Tidak hanya samapi disitu, karena sifatnya merupakan petualang, maka kami melanjutkan perlanan. Jalanya masih berada di kawasan TPA ini. Menyusuri jalan disamping kolam sampah, untuk melihat, kemana ujung jalan ini. Padahal jalan yang kita lalui tidaklah terlalu mulus. Alhasil, kami melalui jalan berbatu dan berdebu (musim panas) yang luar biasa. Parahnya lagi banyak truk yang berlalu lalang. Truk ini bukanlah, truk pembawa sampah, tidak lain dan tidak bukan adalah truk pembawa batu gamping. Benar saja jalan ini bermuara disuatu tambang batu gamping. Kami tidak melanjutkan perjalanan, karena tidak enak sama tatapan aneh dari para penambang yang sedang menikmati hidangan santap siang mereka. Mungkin jarang kali ya, ada orang "kesasar" sampai kesitu.
-Maaf foto kurang lengkap, banyak yang sudah terhapus-
0 komentar: