Rowo Jombor Klaten

23.28 KomoKumu 0 Comments

 
Bingung mencari wisata keluarga di sekitar Jogja? Jika dibuat daftar, banyak wisata yang terdapat di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu yang boleh dicoba adalah wisata Rowo Jombor yang terletak di Klaten, tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat. Untuk menjumpai rawa ini tidaklah sulit. Kalau dari arah Jogja silahkan menuju ke arah Klaten, kemudian melalui jalan bypass menuju stasiun Klaten, diselatannya terdapat pertigaan (lihat petunjuk arah) ke arah rawa jombor ini. Tenang saja jalannya mulus kok.


Sebelum sampai anda akan disuguhi pemandangan menarik selain sawah-sawah yang menghijau. Salah satu yang menjadi perhatian mata kita adalah rumah kecil yang terdapat di atas sebuah bukit (penambangan batu). Tidak hanya itu saja disini ternyata juga ada cerita tentang sebuah kura-kura yang dikeramatkan namanya Bulus Jimbung. Menariknya, katanya kura-kura ini dipercaya dapat memberikan pesugihan dan warnanya juga tidak biasa yaitu albino.

Memasuki kawasan ini sepertinya di hari biasa tidak dikenakan retribusi. Saat itu kami mengunjunginya saat hari kantoran tidak ada yang meminta kami untuk membayar. Soal bayar membayar bagi kami cukup sensitif, dan kami sempat ragu untuk mengunjunginya (pelit). Prinsipnya kalau ada yang gratis kenapa tidak, kalau bayar pikir dua kali bahkan berkali-kali. Ini sebenarnya yang membuat perjalanan kami tidak memakan banyak uang. Berbeda dengan mind set orang berliburan, yang sepertinya mereka "membelanjakan uang mereka". Soal hemat-menghemat kita bahas di artikel lain deh soalnya ceritanya bakal panjang.


Lanjut cerita. Sebelum kami masuk ke rowo jombornya, kami tertarik dengan jalan yang menaiki bukit. Sepertinya ada aura yang menarinya kesana. Bukan aura magis atau sejenisnya, walaupun kami juga agak takut menyusurinya, takutnya gunung atau hutan sakral. Hal ini dibawah kita dihadapkan dengan jalan sepi yang kecil dan disamping kiri kanannya ditumbuhi pepohonan yang lebat. Kami tidak tahu apa yang ada di atas bukit ini, tapi memberanikan diri, setelah ada nenek yang sepertinya mengendong dagangannya dengan sebuah keranjang "atau malah mencari rumput ya". Meter-demi meter kami naik dengan suara mesin motor yang meraung-raung, sedikit demi sedikit mulai tampak samar-samar keindahan rowo jombor dari ketinggian. Tinggi bukit ini tidak terlalu tinggi, tetapi sudah cukup membayar dengan keindahan. Tidak begitu lama kami sampai ke atas bukit. Ternyata diatas ada seperti gardu pandang, tempat pertujukan terbuka sedikit mainan anak, hacking, traking, semut merayap, pohon, dan tidak ketinggalan nenek-nenek tadi yang mulai menggelar daganganya. Kami belum menjelajah bukit ini tapi diparkiran sekilas terlihat "misterius". Gardu pandang yang digadang-gandang pada kalimat sebelumnya belum kami temukan atau kami jajal, kami lagsung menuju tujuan utama ke rowo jombor. Tapi ini patut dikembankan lagi.

Setelah itu kami langsung menuju ke Rowo Jombornya. Terlihat warung apung yang seakan-akan mengundang kami untuk singgah. Tetapi tami lebih suka untuk mengikari rowo ini. Di  rowo ini terdapan enceng gondok, dan terlihat beberapa keramba milik warga.

0 komentar:

Bunga Bangkai Yogyakarta

08.59 KomoKumu 0 Comments

Bunga memang selalu indah dipandang dan harum baunya. Akan tetapi, bunga ang satu ini mengeluarkan bau yang tak sedap. Iya, sebutan awamnya bunga bangkai. Dibalik baunya yang seperti bangkai, ternyata ada keindahaan yang menarik untuk dicermati. Banyak orang, berduyun-duyun datang melihat setiap bunga ini mekar. Mereka ingin tahu seperti apa penampakannya. Bunga yang satu ini terbilang langka. Bisa dibilang suatu berkah jika halaman saudara ditumbuhi bunga ini. Bukan karena klenik terus mendapat berkah, tetapi bunga ini akan menyedot masyarakat yang ingin tahu, seperti bunga ini menyedot serangga yang tertarik pada baunya. Disamping itu kalau sudah banyak orang yang datang terus muncul pedagang tiban, tukang parkir, dan tidak ketinggalan kotak sumbangan.


Tidak seperti yang dijelaskan diatas, ada bunga bangkai yang tumbuh di Yogyakarta. Bunga ini saya jumpai mungkin sekitar tahun 2008 didaerah pantai cemplon (akan dibahas selanjutnya) Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Letak tumbuhnya tidak jauh dari pantai cemplon / sungai progo. Awalnya kami hanya main di pantai cemplon sungai progo. Tidak puas sampai disitu, naluri mblong kami memuncak, dan akhirnya kami melewati perkampungan penduduk di dekat kali progo. Ada teman kami yang orang situ yang menemani kami. Tidak disangka kami menemui bunga eksotik ini. Tidak ada pagar pembatas, tidak ada banyak orang, tidak ada tukang parkir, dan tidak ada kotak sumbangan. Its free. Bunga ini tumbuh di belakang rumah warga dan dekat dengan kandang sapi milik warga. Sepertinya tidak banyak orang yang tahu tentang keberadaan bunga ini. Mungkin pemilik rumah tidak menghubungi wartawan, kalau menghubungi pasti sudah ramai tempat ini. Bentuk bunganya seperti yang ada di foto (foto lain / ilustrasi / fotonya yang diambil sudah hilang). Jadi kalau ada jargon no pic = hoax untuk kali ini dipinggirkan dulu. Its real. Akan tetapi saya tidak bisa mencium baunya, soalnya kondisi hidung kurang bersahabat. Setelah mencari di google untuk foto dummy, ternyata ada juga bunga yang tumbuh di Kulon Progo.

Sedikit tentang bunga bangkai. Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. [1] Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga bangkai dengan Rafflesia arnoldii. Mungkin karena orang sudah mengenal Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar. (wikipedia)

0 komentar:

Rumah Dome Sleman, Beda Dari Yang Lain

20.36 KomoKumu 0 Comments

Manusia pasti beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini juga tercermin dari kehidupan, khususnya warga sleman, yang merupakan daerah rawan bencana. Salah satu bencana yang pernah terjadi adalah bencana gempa bumi mei 2006 yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya. Selain korban jiwa, keruskan yang ditimbulkannya terbilang sangat parah, banyak rumah yang rusak bahkan ambruk. Oleh karena itu menuai banyak keprihatinan dari berbagai pihak.

0 komentar:

Jembatan Gantung Lemah Abang Yogyakarta

09.23 KomoKumu 0 Comments

Masih di kawasan nglanggeran, ada sebuah jembatan gantung yang cukup eksotik. Jembatan gantung ini merupakan salah satu yang ada di Yogyakarta, tepatnya di Gunung kidul, atau lebih tepatnya lagi di perbatasan Sleman (prambanan) dan Gunung kidul (Patuk/Ngoro-oro). Jembatan gantungnya bernama Lemah Abang. Untuk dari arah Gunung kidul, rute yang dapat ditempuh hampir sama dengan rute kalau mau menuju gunung glanggeran. Hanya saja pada perempatan dekat puskesmas belok ke kiri (kalau ke nglanggeran belok ke kanan). Kalau bingung tanya saja ke warga sekitar. Lokasinya juga tidak begitu jauh dengan gunung api Nglanggeran.

0 komentar:

Desa Wisata Bobung Gunungkidul Pengrajin Topeng Kayu

06.36 KomoKumu 1 Comments





Berkaitan dengan tulisan sebelumnya tentang air terjun banyunibo yang menyinggung tentang Desa Wisata Bobung, maka saya cuplikan dari sumber yang terpercaya.:::: berikut:: Desa Wisata Bobung terletak di desa Putat, kecamatan Patuk,kabupaten gunung kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sekitar 10 km menuju arah barat kota Wonosari atau sekitar 30 km menuju arah timur Kota Yogyakarta. Daerah ini dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu di Yogyakarta.

1 komentar:

Air Terjun Banyunibo Gunungkidul

08.58 KomoKumu 1 Comments

Masih melanjutkan posting dari perjalan gunung api nglanggeran. Kali ini akan mengulas tentang sebuah air terjun, yang di kenal di dunia maya sebagai air terjun banyunibo. Tak banyak orang awam mengetahui tempat yang cukup tersembunyi ini. Hanya segelintir warga sekitar dan orang seperti kami yang mengunjungi tempat ini. Tidak ada plang petunjuk arah, maupun promosi dari dinas terkait, memang belum banyak dikenal banyak orang.


1 komentar:

Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul nan Eksotis

00.50 KomoKumu 0 Comments

pendopo masuk

Nglanggeran merupakan gunung api purba yang ada di kabupaten Gunung Kidul. Sudah diidentifikasi bahwa gunungnya sudah ada sejak dahulu, dan sekarang sudah tidak aktif lagi. Gunung ini tidaklah terlalu tinggi dan tidak terlalu lancip. Kalau dilihat dari dekat memang tidak terlalu kelihatan bahwa gunung ini merupakan gunung api mati jika dibanding dengan alam pegunungan khas Gunung Kidul. Hanya saja batuanya cukup khas, yaitu batuan vulkanik yang warnanya hitam. Strukturnya batuannya terbilang sangat eksotik. Setelah dicemati dari jauh, terutama dari jogja, maka akan kelihatan bahwa bentuknya agak menyerupai gunug berapi pada umumnya, yang agak kerucut.

0 komentar:

Crop Circle Sleman, Sebuah Sejarah?

07.54 KomoKumu 0 Comments

Kali ini masih melanjutkan pengunggahan foto-foto yang tersimpan rapi pada HP saya. Jadi jangan protes kalau topiknya sudah kadaluarsa. Ini hanya untuk dokumntasi saja.

Runtutan Cerita
Kebiasaan melihat berita online ada gunanya juga. Keuntungan paling utama adalah kita dapat mengetahui berita secara up-to-date, masih HOT. Saya tertarik melihat sebuah berita yang cukup mengelitik untuk dicermati lebih jauh. Ya, berita kala itu pada Januari 2011 mengulas tentang kehebohan masyarakat karena disingalir ada UFO mendarat di Yogyakarta dan meninggalkan sebuah jejak misterius. Siapa tidak tertarik coba pada berita ini, apalagi kejadiaanya berada di karisedenan Berbah Sleman Yogyakarta. Tunggu apalagi, kami langsung menyambangi lokasi karena kami tidak ingin kehilangan momen. 

Dengan mengajak beberapa sukarelawan untuk ikut mengunjungi TKP. Hanya berbekal dengan informasi alamat dari berita dan insting petualangan, kami mencarinya. Ternyata kami tidak sendiri, didepan kami tampak dua orang polisi yang tampaknya sejalan dengan kami. Kami kira polisi tersbut tahu jalan, jadi kami ikutin deh. Eh, ternyata polisi tersebut malah tanya kepada masyarakat di jalan. Akhirnya kami terpaksa mencarinya sendiri. Patokan yang kami peroleh, didekat TKP ada gunung, jadi kami cari gunung itu. Setelah mencari, kami akirnya menemukan gunung tersebut dan satu paket dengan TKP nya. Dan tak lama kemudian Pak Polisi tadi datang setelah kami, huh.. Disitu sudah banyak orang dari berbagai kalangan, tidak ketinggalan para pencari berita (wartawan) yang heboh.

Setelah tiba kami mendekat ke crop circle tersebut yang berada di tengah sawah tersebut. Sayangnya kami tak dapat mendekat karena ada seorang bapak-bapak yang melarang kami mendekat. Tidak ingin kecewa, kami naik gunung disebelahnya. Sudah ada banyak orang yang beduyun-duyun mendaki gunung tersebut. Gunung tersebut namanya gunung suru, katanya angker lo. Dengan perjungan yang cukup melelahkan akhirnya kami tiba di puncak. Terbayar sudah, kami melihat crop circle tersebut dan ditambah paket pemandangan seluruh Jogja, Jos.


Analisis

Stelah kami tiba diatas bukit tadi, munculah sebuah pertanyaan. Apakah crop circle tersebut merupakan asli buatan UFO. Kami cenderung tidak percaya, karena kami melihat keanehan dari tempat crop circle ini. Crop circle ini berada diantara jalan dan gunung, apa hubungannya? Kami menilai crop circle terbut memang sengaja untuk ditunjukan kepada kita semua. Disamping jalan berarti crop circle tersebut mudah diketahui dan gunung disampingnya digunakan untuk gardu pandang. Dan mengapa harus di Jogja, tidak di daerah terpencil. Inilah bukti yang mendukung hipotesis kami tadi. Lebih lanjut, kami juga membahas tentang konspirasi, yang ini gak usah dijelaskan.

Pemberitaan yang dilakukan media sangat gencar. Di TV dibahas, apakah itu benar buatan UFO. BATAN dan LAPAN menolaknya dengan melakukan kajian lapangan. Menariknya ada akemisi yang mencoba menjelaskan terbentunya crop circle terbut secara ilmiah. Lebih menarinya lagi dan membuat kami makin yakin kalau itu butan manusia adalah ditemukan crop circle pada waktu yang bersamaan dan tempat yang bisa dikata dekat. ciri-ciri tempatnya pun sama, yaitu didaerah piyungan dekat pinggir jalan, walaupun tidak terdapat gunung. Luar biasa menariknya lagi ada oknum mahasiswa UGM yang diduga membuatnya. Tapi tidak dapat dibuktikan secara empiris apakah anak bangsa terbut merupakan tersangka sesungguhnya. Di TV juga telah dijelaskan teknik bagaimana orang di luar Indonesia sana yang membuat crop-circle ini.

Di samping semua itu, ini merupakan crop circle pertama di Indonesia yang sukses diberitakan secara masal. Uniknya setelah kemunculan crop circle ini muncul crop-circle2 lainya, yang ternyata pamornya tidak secemerlang yang pertama di berbah. Karena merupakan yang pertama, ini merupakan tonggak sejarah tentang dunia per-UFO-an di Indonesia, khususnya tentang crop-circle. Besok jika ditemukan lagi crop circle, pasti akan menyebut crop circle di Sleman.

0 komentar:

TPA Piyungan, Kotor tapi Tetap Menarik

07.20 KomoKumu 0 Comments

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Piyungan berada di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, bisa ditempuh lewat kids fun ke selatan. Kalau masih bingung tempatnya, ngikuti truk sampah aja, pasti sampai. TPA ini berada di suatu gunung, bukit lebih tepatnya. Sampahnya ditimbun di suatu lembah yang sekarang hampir penuh rata dengan sampah.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa ane berkeliaran sampai ke situ. Jawabannya adalah tempat tersebut terkenal karena TPA di Jogja hanya disitu. Kita sering tidak berfikir kemana sampah yang kita dibuang dan tidak peduli malahan, untuk apa coba. Disitu kita dapat wisata lingkungan. alam dan sosial. Berbicara soal lingkungan, ternyata menawarkan keindahan tersendiri, disamping kotornnya sampah. Hal ini karena letaknya di bukit, jadi bisa melihat pemandangan yang berbeda. 


Banyak saudara-saudara kita yang mengais rejeki disana sebagai pengumpul barang bekas (pemulung). Kata pemulung kelihanya bernuansa negatif, jadi saya menggunakan pengumpul barang bekas (PBS), istilah baru ini. Tunggu dulu, ternyata tidak hanya PBS saja yang mencari rejeki, siapa mereka. Sapi, banyak sapi penduduk sekitar yang sengaja dilepaskan begitu saja di TPA ini. Sapi ini memakan sampah organik, mungkin hal ini untuk menekan biaya makanan sapi. Timbul pertanyaan, apakah tidak berbahaya memakan sampah. Menurut hemat dan observasi yang saya lakukan, perawakan sapi-sapi disitu terlihat kurang berisi. Sapi-sapi disana banyak dan berkumpul untuk mencari makan. Terus bagaimana membedakan kepemilikan sapi-sapi tersebut, apakah ada yang menggembala. Kalau tidak salah (bisa jadi hoax), sapi-sapi tersebut tidak digembalakan, sama pemiliknya dilepas begitusaja. Saat waktu pulang, mereka akan pulang sendiri-sendiri ke kandangnya masing-masing.


Tidak hanya samapi disitu, karena sifatnya merupakan petualang, maka kami melanjutkan perlanan. Jalanya masih berada di kawasan TPA ini. Menyusuri jalan disamping kolam sampah, untuk melihat, kemana ujung jalan ini. Padahal jalan yang kita lalui tidaklah terlalu mulus. Alhasil, kami melalui jalan berbatu dan berdebu (musim panas) yang luar biasa. Parahnya lagi banyak truk yang berlalu lalang. Truk ini bukanlah, truk pembawa sampah, tidak lain dan tidak bukan adalah truk pembawa batu gamping. Benar saja jalan ini bermuara disuatu tambang batu gamping. Kami tidak melanjutkan perjalanan, karena tidak enak sama tatapan aneh dari para penambang yang sedang menikmati hidangan santap siang mereka. Mungkin jarang kali ya, ada orang "kesasar" sampai kesitu.

-Maaf foto kurang lengkap, banyak yang sudah terhapus-

0 komentar:

Random